Dalam dunia keuangan modern, tekanan untuk menghasilkan hasil yang cepat semakin mendominasi strategi perusahaan dan keputusan investor.


Fenomena ini dikenal sebagai short-termism atau pemikiran jangka pendek. Meskipun terlihat menguntungkan dalam waktu singkat, kenyataannya, strategi semacam ini dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi keberlangsungan bisnis dan perekonomian secara luas.


Apa Itu Short-Termism?


Short-termism adalah kecenderungan perusahaan atau investor untuk lebih memprioritaskan keuntungan dalam waktu dekat dibandingkan pertumbuhan dan keberlanjutan jangka panjang. Dalam praktiknya, ini bisa berupa pemotongan biaya riset dan pengembangan (R&D), pengurangan investasi terhadap sumber daya manusia, atau pengambilan keputusan bisnis semata-mata demi memuaskan laporan keuangan kuartalan.


Hal ini sering kali dipicu oleh tekanan dari pasar modal, di mana para pemegang saham dan analis keuangan memberikan penilaian berdasarkan kinerja jangka pendek seperti laba bersih kuartalan atau harga saham harian. Akibatnya, manajemen perusahaan pun merasa terdorong untuk mengorbankan strategi jangka panjang demi memenuhi ekspektasi pasar.


Dampak Negatif Short-Termism bagi Dunia Usaha


1. Menghambat Inovasi


Salah satu korban utama dari pendekatan jangka pendek adalah inovasi. Investasi pada riset dan pengembangan biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum membuahkan hasil. Perusahaan yang terjebak dalam mentalitas jangka pendek cenderung mengurangi anggaran R&D, yang pada akhirnya menghambat kemampuan mereka untuk menciptakan produk atau layanan baru yang kompetitif.


2. Merusak Moral Karyawan


Fokus yang terlalu besar pada target jangka pendek bisa menyebabkan tekanan kerja yang tinggi dan ketidakpastian di kalangan karyawan. Misalnya, pemangkasan anggaran atau PHK demi efisiensi biaya bisa menurunkan semangat kerja dan produktivitas. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menciptakan budaya kerja yang tidak sehat dan menurunkan loyalitas pegawai.


3. Risiko Keuangan yang Lebih Tinggi


Perusahaan yang hanya berorientasi pada hasil cepat bisa mengambil keputusan berisiko tinggi demi keuntungan sesaat. Contohnya, pengambilan utang besar untuk membiayai pembelian kembali saham (stock buyback) demi menaikkan harga saham, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap stabilitas keuangan jangka panjang.


4. Melemahkan Daya Saing Global


Negara atau wilayah yang ekonominya didominasi oleh pemikiran jangka pendek akan sulit bersaing secara global. Perusahaan-perusahaan dari Tiongkok, Jepang, atau Jerman, misalnya, dikenal karena strategi jangka panjang mereka yang fokus pada kualitas dan keberlanjutan. Jika hanya mengejar hasil cepat, perusahaan lokal akan tertinggal dalam persaingan internasional.


Dampak Terhadap Investor dan Pasar Modal


Investor yang terlalu terfokus pada keuntungan jangka pendek berpotensi kehilangan peluang jangka panjang. Saham dari perusahaan yang memiliki fundamental kuat mungkin tidak langsung menghasilkan return tinggi, namun dalam jangka waktu lima hingga sepuluh tahun, bisa menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa.


Selain itu, pasar modal yang terlalu reaktif terhadap berita atau laporan keuangan jangka pendek menjadi tidak stabil dan sulit diprediksi. Hal ini membuat risiko investasi meningkat dan bisa mengurangi minat investor jangka panjang, termasuk investor institusional seperti dana pensiun.


Upaya Mengatasi Short-Termism


1. Mendorong Transparansi Jangka Panjang


Regulator dan lembaga pengawas keuangan dapat mendorong perusahaan untuk melaporkan strategi dan kinerja jangka panjang, bukan hanya angka keuangan kuartalan. Laporan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial kini menjadi bagian penting dari penilaian investor modern.


2. Mereformasi Insentif Manajemen


Banyak CEO dan eksekutif mendapatkan bonus berdasarkan pencapaian jangka pendek. Dengan merancang sistem insentif berbasis kinerja jangka panjang, perusahaan bisa mengarahkan manajemen untuk membuat keputusan yang lebih berkelanjutan.


3. Edukasi Investor


Investor juga perlu diberi pemahaman mengenai pentingnya kesabaran dan strategi investasi jangka panjang. Kampanye literasi keuangan dapat membantu mengubah pola pikir dari “untung cepat” menjadi “tumbuh stabil”.


4. Kolaborasi Global


Untuk menciptakan sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan, dibutuhkan kolaborasi lintas negara dan industri. Inisiatif internasional yang mendorong investasi hijau, inovasi berkelanjutan, dan kebijakan fiskal jangka panjang merupakan langkah penting untuk melawan budaya short-termism.


Short-termism mungkin menawarkan hasil yang menggoda dalam waktu singkat, tetapi dalam jangka panjang, dampaknya bisa sangat merusak. Baik bagi perusahaan, investor, maupun perekonomian secara umum, penting untuk kembali menyeimbangkan strategi antara hasil jangka pendek dan pembangunan berkelanjutan. Jika tidak, kita berisiko menghadapi ketidakstabilan ekonomi, lemahnya inovasi, dan turunnya daya saing di pasar global.