Tahun 2025 menjadi titik balik penting dalam dunia investasi ritel global. Generasi milenial, yang kini menjadi kelompok terbesar dalam hal jumlah penduduk dan keterlibatan digital, tengah beralih dari aset konvensional seperti saham blue chip menuju instrumen yang lebih dinamis dan tersebar secara global.
Salah satu instrumen yang mengalami lonjakan minat luar biasa adalah Exchange Traded Fund (ETF) pasar berkembang.
Menurut data Bloomberg Intelligence, aliran dana bersih ke ETF pasar berkembang mencapai angka fantastis yaitu USD 38,7 miliar hanya dalam enam bulan pertama tahun 2025. Yang mengejutkan, lebih dari 52% dari jumlah itu berasal dari akun ritel berusia antara 27 hingga 44 tahun. Ini bukan sekadar tren sementara, melainkan pergeseran besar dalam prioritas investasi lintas generasi.
Kenapa ETF Pasar Berkembang Jadi Primadona?
Berbeda dengan investor era pasca-2008 yang cenderung memilih obligasi negara maju dan saham teknologi AS, generasi milenial saat ini menghadapi kondisi ekonomi yang sangat berbeda. Beberapa faktor utama yang mendorong minat tinggi terhadap ETF pasar berkembang antara lain:
- Suku bunga di negara maju masih tinggi karena tekanan inflasi yang belum mereda.
- Pertumbuhan ekonomi negara-negara G7 stagnan, hanya berkisar 1,5–2,2%, dibandingkan dengan 5–6,5% di negara-negara berkembang seperti India, Indonesia, dan Kenya.
- Tingkat utang publik di negara maju semakin mencemaskan, membuat investor mencari alternatif di negara dengan rasio utang terhadap PDB yang lebih sehat.
Dengan kata lain, para milenial kini lebih tertarik pada peluang yang ditawarkan oleh negara-negara berkembang yang punya pertumbuhan tinggi dan stabilitas fiskal yang relatif lebih baik.
Akses Mudah Lewat Fintech: Investasi di Ujung Jari
Salah satu pendorong utama meningkatnya partisipasi milenial dalam ETF pasar berkembang adalah kemudahan akses yang diberikan oleh platform digital. Aplikasi seperti Futu, SoFi, dan Interactive Brokers kini memungkinkan pengguna untuk membeli saham ETF secara fraksional, melakukan penyeimbangan portofolio secara otomatis, hingga menyaring dana berdasarkan kriteria keberlanjutan (ESG) semuanya dari smartphone.
Statista Research Department melaporkan bahwa pada kuartal pertama 2025, lebih dari 78% milenial menyatakan preferensinya terhadap ETF tematik. Di antara itu, ETF yang mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di negara berkembang jadi yang paling diminati. Dengan bantuan robo-advisor, investor bisa dengan mudah mencocokkan profil risiko mereka dengan eksposur pada ekonomi semi-industri atau frontier.
“Teknologi saat ini tidak hanya bersifat transaksional, tapi juga edukatif,” ungkap Grace Nakamura, kepala inovasi fintech di Morningstar Asia. Ia menambahkan bahwa milenial kini memiliki akses ke berbagai fitur pintar seperti peringatan volatilitas mata uang, tren volume perdagangan, hingga skor risiko geopolitik, semua dalam satu tampilan aplikasi.
ESG Jadi Pertimbangan Utama dalam Memilih ETF
Nilai-nilai sosial dan tanggung jawab keberlanjutan menjadi faktor penting dalam perilaku investasi milenial. ETF pasar berkembang pun menyesuaikan diri dengan menambahkan metrik ESG yang lebih ketat. Beberapa aspek yang kini disorot dalam pemilihan saham dalam ETF antara lain:
- Intensitas karbon terhadap pendapatan
- Keberagaman gender dalam jajaran direksi
- Transparansi rantai pasok
- Rekam jejak antikorupsi
Beberapa produk seperti SPDR MSCI Emerging Markets Fossil Fuel Reserves Free ETF dan iShares ESG Aware Emerging Markets ETF kini menjadi pilihan utama berkat fokus mereka pada tata kelola perusahaan yang baik.
Risiko Tetap Ada, Tapi Dikelola dengan Cerdas
Meski potensi keuntungan tinggi, ETF pasar berkembang juga tidak bebas risiko. Tahun 2025 menyaksikan gejolak yang cukup tajam di negara seperti Turki dan Argentina, di mana ETF yang memiliki eksposur tinggi ke negara tersebut mengalami penurunan nilai lebih dari 12% dalam satu kuartal akibat pelemahan mata uang dan penurunan peringkat utang negara.
Untuk meminimalkan risiko, banyak ETF kini menerapkan strategi perlindungan, seperti:
- Kelas saham dual-mata uang (dolar AS dan mata uang lokal)
- Strategi smart beta yang menyesuaikan bobot saham berdasarkan indeks volatilitas
- Analitik geopolitik berbasis AI yang mendeteksi risiko sistemik seperti pembatasan modal, ketidakstabilan sosial, atau siklus pemilihan umum
Milenial Lebih Bijak Dibanding Generasi Lain?
Berbeda dari Gen Z yang gemar mengejar kripto, dan boomer yang tetap setia pada properti dan obligasi, milenial berada di tengah-tengah. Mereka memiliki kecanggihan teknologi seperti Gen Z, tetapi juga kebijaksanaan finansial karena telah melewati krisis 2008 dan pandemi COVID-19.
Strategi ETF milenial umumnya melibatkan:
- Jangka investasi panjang (5–10 tahun)
- Penjadwalan ulang portofolio mengikuti data ekonomi makro
- Diversifikasi lintas benua, bukan investasi di satu negara
ETF Paling Hits di Kalangan Milenial 2025
Beberapa ETF pasar berkembang yang mencuri perhatian investor milenial tahun ini antara lain:
- Franklin FTSE Latin America ETF – Fokus pada sektor jasa keuangan dan energi terbarukan
- WisdomTree India Earnings Fund – Memberikan eksposur pada layanan keuangan berbasis teknologi
- Xtrackers MSCI All Tiongkok Equity ETF – Diversifikasi antara saham A, saham H, dan Red Chips
- Global X MSCI Nigeria ETF – Menargetkan sektor fintech, telekomunikasi, dan pengolahan hasil pertanian
Kecenderungan milenial untuk berinvestasi di ETF pasar berkembang di tahun 2025 mencerminkan kematangan yang luar biasa. Dengan menggabungkan teknologi, literasi finansial, dan orientasi nilai, generasi ini bukan sekadar mencari keuntungan, mereka sedang membentuk sistem keuangan global yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Seperti yang dikatakan Lydia Huang, CFA dan Kepala Riset Strategi ETF di Vanguard Asia, “Milenial tidak hanya menanam modal, mereka sedang berkontribusi pada pembangunan global, satu ETF pada satu waktu.”