Terapi pengganti hormon atau Hormone Replacement Therapy (HRT) telah lama menjadi perbincangan hangat dalam dunia medis, terutama terkait manfaat dan risikonya bagi kesehatan jantung wanita yang sedang memasuki masa menopause.


Beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa HRT dapat memberikan dampak positif terhadap sejumlah indikator kesehatan jantung. Namun, di balik manfaat tersebut, terapi ini juga menyimpan potensi risiko serius yang tidak bisa diabaikan begitu saja.


Menurut dr. Maria Thompson, seorang ahli jantung dari Cleveland Clinic, “HRT memiliki dua sisi mata uang, memberikan manfaat untuk sebagian perempuan, namun tetap mengandung risiko tertentu. Keberhasilan terapi ini sangat tergantung pada banyak faktor, seperti usia pasien, waktu dimulainya terapi, serta jenis hormon yang digunakan.”


Manfaat Positif HRT bagi Kesehatan Jantung


Berbagai studi klinis terbaru menunjukkan bahwa terapi hormon berbasis estrogen dapat membantu meningkatkan berbagai parameter kesehatan jantung. Salah satu manfaat utamanya adalah menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL), yang berperan penting dalam mencegah penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis.


Sebuah penelitian tahun 2023 yang diterbitkan dalam The Journal of the American College of Cardiology menemukan bahwa perempuan yang memulai HRT dalam waktu sepuluh tahun setelah menopause menunjukkan perbaikan signifikan dalam profil lipid mereka. Kondisi ini berkorelasi dengan penurunan risiko penyakit jantung koroner.


Tak hanya itu, estrogen juga memiliki efek vasodilatasi, yakni membantu pembuluh darah untuk rileks sehingga aliran darah menjadi lebih lancar. Kesehatan endotel, lapisan dalam pembuluh darah, juga dikabarkan membaik pada perempuan yang menjalani HRT sejak awal menopause.


Mengatur Tekanan Darah Lebih Stabil


Estrogen juga diketahui berperan dalam mengatur tekanan darah. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terapi hormon dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik dan meningkatkan elastisitas pembuluh darah, dua hal penting dalam mencegah komplikasi kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung.


Terutama pada jenis estrogen transdermal, yang diserap melalui kulit dan tidak melalui hati, terapi ini dianggap lebih aman karena meminimalkan gangguan pada fungsi hati dan faktor pembekuan darah yang sensitif.


Risiko yang Perlu Diwaspadai: Pembekuan Darah hingga Penyumbatan


Meski membawa sejumlah manfaat, HRT juga memiliki potensi risiko, khususnya pada perempuan yang sudah memasuki usia lanjut atau memulai terapi ini terlalu lambat setelah menopause. Salah satu risiko paling serius adalah terjadinya trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru (PE) kondisi yang melibatkan pembekuan darah dan dapat membahayakan jiwa.


Sebuah studi tahun 2022 yang dimuat dalam The Lancet menemukan bahwa risiko pembekuan darah paling tinggi terjadi dalam beberapa bulan pertama penggunaan terapi, khususnya pada perempuan yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah atau yang mengalami obesitas.


Dr. Eric Wilson, seorang ahli vaskular, menjelaskan, “Keseimbangan antara estrogen dan progesteron sangat krusial. Walau estrogen membantu meningkatkan profil lemak dan fungsi pembuluh darah, penambahan progesteron justru bisa meningkatkan risiko pembekuan darah, terutama pada perempuan dengan faktor genetik tertentu.”


Waktu yang Tepat Adalah Kunci Utama


Waktu memulai HRT sangat menentukan efektivitas dan keamanannya. Perempuan yang memulai terapi sebelum usia 60 tahun, atau dalam waktu 10 tahun sejak menopause, cenderung memperoleh manfaat perlindungan jantung yang lebih baik. Sementara itu, memulai terapi di usia lebih tua justru bisa memperburuk kondisi dan meningkatkan risiko serangan jantung.


Dr. Sarah Lee, seorang peneliti di bidang kesehatan kardiovaskular perempuan, menyatakan bahwa “Jendela waktu emas untuk memulai HRT benar-benar ada. Jika dimulai terlalu lambat, misalnya setelah usia 60 tahun, efek yang timbul bisa malah membahayakan.”


Maka dari itu, pendekatan yang dipersonalisasi kini semakin banyak disarankan oleh pakar medis. Bagi perempuan yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit jantung, seperti hipertensi, diabetes, atau riwayat keluarga, disarankan untuk mempertimbangkan pilihan lain seperti perubahan pola makan, olahraga rutin, serta penggunaan obat penurun lipid.


Alternatif Modern yang Muncul: Lebih Aman dan Tetap Efektif?


Karena risiko dari HRT konvensional, banyak peneliti kini mulai menaruh perhatian pada alternatif seperti hormon bioidentik dan Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs). Hormon bioidentik dikembangkan agar secara kimiawi identik dengan hormon alami tubuh, dan diyakini memiliki risiko lebih rendah terhadap kejadian jantung. Namun, masih diperlukan studi jangka panjang untuk memastikan keamanannya.


Sementara itu, SERMs seperti raloksifen bekerja dengan cara mengatur reseptor estrogen secara selektif. Ini memungkinkan manfaat bagi jantung tetap diperoleh tanpa risiko pembekuan darah yang tinggi. Beberapa studi sedang berjalan untuk melihat sejauh mana efektivitas SERMs dalam memberikan perlindungan jantung, terutama bagi perempuan yang rentan terhadap trombosis.


HRT tetap menjadi alat penting dalam mengelola gejala menopause sekaligus meningkatkan kesehatan jantung. Bagi perempuan yang memulai terapi ini sejak dini, manfaat seperti penurunan kolesterol, stabilitas tekanan darah, dan perbaikan fungsi pembuluh darah bisa dirasakan dengan signifikan. Namun, risiko tetap harus diperhitungkan secara cermat.