Siapa sangka, obat yang selama ini digunakan untuk penderita diabetes tipe 2 ternyata menyimpan potensi luar biasa dalam dunia onkologi! Metformin, yang dikenal luas sebagai terapi utama diabetes tipe 2, kini menunjukkan potensi luar biasa dalam menekan perkembangan kanker prostat, terutama pada kasus yang sudah sulit ditangani dengan terapi hormon biasa.


Temuan klinis terbaru membuka peluang besar dalam terapi kanker, khususnya untuk jenis kanker prostat yang sulit diatasi. Para peneliti mendalami bagaimana metformin bekerja dalam sistem metabolisme energi sel, dan hasilnya sangat mengejutkan: obat ini dapat memicu kematian sel kanker serta memperlambat perkembangannya!


Bagaimana Metformin Menyerang Sel Kanker?


Rahasia kekuatan metformin terletak pada kemampuannya mengaktifkan AMP-activated protein kinase (AMPK), yakni enzim penting dalam menjaga keseimbangan energi seluler. Saat AMPK diaktifkan, ia akan menekan jalur mTOR, yang dikenal mendorong pertumbuhan dan pembelahan sel, termasuk sel kanker.


Menurut Dr. Lucas D. Farris, ahli onkologi dari Dana-Farber Cancer Institute, “Metformin bekerja secara tidak langsung menahan jalur anabolik yang sangat dibutuhkan sel kanker untuk bertahan hidup. Hasilnya, pada sel kanker prostat, terjadi penghambatan pertumbuhan dan peningkatan proses bunuh diri sel atau apoptosis.”


Lebih menarik lagi, ulasan ilmiah yang dirilis oleh The Lancet Oncology pada tahun 2024 menyatakan bahwa metformin tidak hanya menekan mTOR, tetapi juga mempengaruhi sinyal insulin dan IGF-1 yang berperan besar dalam perkembangan kanker prostat yang sensitif hormon maupun yang kebal terhadap terapi hormon (kastrasi).


Bukti Klinis: Uji Coba METCAP dan Harapan Baru untuk Pasien


Sebuah studi besar bernama METCAP (Metformin in Castration-Resistant Prostate Cancer), yang dilakukan di berbagai pusat medis dan diterbitkan awal tahun ini, meneliti efektivitas metformin bila dikombinasikan dengan Androgen Deprivation Therapy (ADT).


Hasilnya mengejutkan: pasien yang mendapat kombinasi metformin dan ADT mengalami peningkatan 34% dalam angka kelangsungan hidup tanpa progresi penyakit (Progression-Free Survival) dibandingkan dengan mereka yang hanya menjalani ADT.


Lebih menarik lagi, kadar PSA (Prostate-Specific Antigen) mereka juga menurun tajam, yang menunjukkan adanya respons positif terhadap terapi ini. Hal ini menunjukkan bahwa metabolisme sel kanker benar-benar terganggu oleh intervensi obat ini.


Siapa yang Paling Diuntungkan dari Metformin?


Tak semua pasien kanker prostat akan merasakan manfaat yang sama dari metformin. Karena itu, pendekatan medis presisi sangat penting dalam menentukan siapa yang layak mendapat terapi ini.


Studi terkini menunjukkan bahwa pasien yang memiliki kelebihan berat badan atau mengalami resistensi insulin cenderung merasakan efek terapi yang lebih kuat. Hal ini diduga karena metformin efektif menurunkan kadar insulin dan IGF-1, dua hormon yang sering dimanfaatkan sel kanker untuk berkembang biak.


Menariknya, ada pula temuan molekuler yang menunjukkan bahwa pasien dengan mutasi atau kehilangan gen PTEN, sebuah kelainan genetik yang umum terjadi pada kanker prostat lanjut, lebih responsif terhadap terapi metformin. Tumor dengan kehilangan PTEN biasanya mengaktifkan jalur PI3K-Akt-mTOR secara terus-menerus, yang menyebabkan pertumbuhan agresif dan resistensi terapi.


Dengan mengaktifkan AMPK dan menekan mTOR, metformin berpotensi memulihkan kontrol pertumbuhan sel pada jenis tumor ini.


Bagaimana dengan Obat Diabetes Lainnya?


Meski metformin menjadi pusat perhatian, beberapa jenis obat antidiabetes lainnya seperti SGLT2 inhibitor dan agonis reseptor GLP-1 juga mulai dilirik karena kemungkinan memiliki efek serupa dalam melawan tumor. Namun, peran mereka dalam terapi kanker prostat masih belum sepenuhnya dipahami, karena sebagian besar bukti yang ada masih berasal dari studi laboratorium atau data observasi.


Dr. Elena Morales, seorang ahli farmakologi dari Universitas Oxford, mengingatkan bahwa, “Tidak semua obat diabetes otomatis memiliki efek anti-tumor. Kita perlu memahami mekanisme kerja spesifik dari masing-masing obat sebelum menggunakannya dalam praktik onkologi.”


Tantangan Besar: Dari Penelitian ke Pengobatan Nyata


Meskipun hasilnya menjanjikan, metformin masih menghadapi sejumlah tantangan sebelum bisa digunakan secara luas dalam terapi kanker prostat. Beberapa tantangan yang harus diatasi antara lain: ketersediaan metformin di jaringan prostat, dosis optimal untuk efek anti-kanker, serta toleransi jangka panjangnya pada pasien yang tidak menderita diabetes.


Tak hanya itu, regulasi untuk penggunaan kembali obat (repurposing) juga sering kali rumit, yang membuat adopsi klinisnya menjadi lambat. Namun, dengan harga yang terjangkau, efek samping yang minimal, dan rekam jejak keamanan yang baik, banyak peneliti yakin bahwa metformin memiliki potensi besar sebagai terapi tambahan kanker prostat.


Perjalanan metformin dari obat diabetes menjadi kandidat terapi kanker prostat menunjukkan hubungan erat antara metabolisme dan pertumbuhan sel tumor. Walaupun belum bisa menggantikan terapi utama, metformin memiliki potensi kuat untuk menjadi bagian dari strategi pengobatan modern dalam menangani kanker prostat yang agresif atau yang kebal terhadap terapi hormon.