Di tengah bayang-bayang perubahan iklim dan padatnya kota-kota besar, muncul satu solusi transportasi yang tak banyak disangka: kereta gantung. Dulu dikenal hanya sebagai wahana wisata yang menyenangkan, kini alat transportasi ini berkembang menjadi jawaban atas tantangan mobilitas ramah lingkungan.


Dengan kemampuannya melintasi medan curam, mengurangi emisi karbon, serta membutuhkan lahan yang minim, kereta gantung tampil sebagai pahlawan baru transportasi masa depan!


Lebih Tinggi, Lebih Ramah Lingkungan: Inilah Alasan Kereta Gantung Unggul


Dibandingkan kendaraan konvensional yang harus berjibaku mendaki bukit atau pegunungan, kereta gantung justru menawarkan efisiensi energi yang luar biasa. Secara fisika, sistem kereta gantung hanya memerlukan satu motor listrik utama untuk menarik beberapa kabin sekaligus dalam satu jalur melingkar. Ini jauh lebih hemat dibanding mobil atau bus yang masing-masing memakai mesin berbahan bakar fosil secara terpisah.


Menurut laporan International Energy Agency (IEA) tahun 2023, sistem ropeway di perkotaan hanya menghasilkan sekitar 20 gram CO₂ per penumpang per kilometer. Bandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin yang mengeluarkan 120 hingga 180 gram CO₂ untuk jarak yang sama. Tak hanya itu, kereta gantung bergerak secara terus-menerus tanpa berhenti seperti kendaraan yang terjebak macet, sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia.


Di Swiss, program Ropeway Energy Recovery bahkan mampu mengembalikan hingga 40% energi saat kabin menuruni bukit ke jaringan listrik. Teknologi ini kini sedang diuji coba di Jerman, Prancis, dan Jepang.


Dari Pegunungan Hingga Kawasan Padat: Kereta Gantung Mengubah Hidup


Transformasi luar biasa terlihat di Medellín, Kolombia. Kota ini dulunya terkenal dengan medan yang ekstrem dan keterisolasian wilayah miskin. Namun sejak 2004, sistem Metrocable hadir sebagai penyambung antara permukiman di lereng bukit dengan pusat kota. Kini, enam jalur kereta gantung telah melayani lebih dari 30.000 orang setiap hari, memangkas waktu perjalanan lebih dari separuh dan membuka akses menuju pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan.


Tak kalah mengesankan, jaringan Mi Teleférico di La Paz dan El Alto, Bolivia, membentang sepanjang lebih dari 33 kilometer. Dua kota yang dulunya terpisah oleh ketinggian dan kepadatan pembangunan kini terhubung dengan mudah. Proyek ini, yang sebagian didanai oleh produsen Austria Doppelmayr, mampu mengangkut lebih dari 300.000 penumpang setiap harinya. Hasilnya? Ribuan minibus diesel tergantikan dan emisi karbon harian turun hingga 55 ton!


Sementara itu di Toulouse, Prancis, jalur Téléo dibuka pada tahun 2022 dan menjadi jalur kereta gantung perkotaan terpanjang di Eropa, dengan panjang 3 kilometer. Jalur ini menghubungkan rumah sakit, universitas, dan kawasan pemukiman hanya dalam waktu 10 menit—semuanya tanpa harus membuka jalan baru!


Jejak Ekologis Minim: Kereta Gantung Selamatkan Alam


Salah satu keunggulan tersembunyi dari kereta gantung adalah dampaknya yang sangat kecil terhadap lingkungan. Membangun jalan raya atau rel kereta di daerah pegunungan biasanya membutuhkan pengerukan, pembabatan hutan, hingga ledakan batuan. Namun, kereta gantung hanya memerlukan tiang penyangga kecil setiap 300 hingga 800 meter. Ini berarti lebih sedikit gangguan pada tanaman, satwa, dan kontur alami wilayah tersebut.


Sebagai contoh, di Vietnam, kereta gantung Ba Na Hills yang memegang rekor Guinness World untuk jalur terpanjang tanpa henti (5.801 meter) dibangun dengan menggunakan helikopter untuk menempatkan menara tanpa mengganggu lantai hutan. Vegetasi lokal dan jalur migrasi hewan pun tetap terjaga.


Hal serupa juga dilakukan di Swiss lewat Stoosbahn. Meskipun secara teknis adalah kereta funikular, sistem ini menggunakan teknologi kabel untuk menaklukkan kemiringan hingga 110% dengan dampak minimal terhadap lahan.


Teknologi Masa Depan: Inovasi Terus Berkembang


Meski memiliki banyak kelebihan, kereta gantung bukan tanpa tantangan. Sistem ini memerlukan rute langsung dari satu titik ke titik lain, jumlah penumpang yang cukup, serta investasi awal yang signifikan. Rata-rata biaya instalasi berkisar antara $15 juta hingga $25 juta per kilometer, tergantung kompleksitas wilayah dan integrasi kota.


Namun teknologi terus berkembang. Sistem gondola tiga kabel (tricable atau 3S), seperti yang digunakan di Zermatt, Swiss, dan Pulau Hon Thom, Vietnam, memungkinkan pengoperasian dalam cuaca ekstrem. Kabinnya mampu menampung hingga 35 penumpang dan melaju dengan kecepatan 7,5 meter per detik!


Lebih jauh lagi, integrasi dengan smart grid menjadi gebrakan terbaru. Di Innsbruck, Austria, sistem kereta gantung kini dapat menggunakan surplus energi dari panel surya dan turbin angin untuk beroperasi pada jam sibuk. Ini bukan hanya menghemat biaya, tetapi juga membantu menyeimbangkan beban listrik di wilayah tersebut.


Masa Depan Transportasi Melayang di Atas Kota


Di kota-kota di mana perluasan jalan tidak mungkin dilakukan, langit menjadi solusi baru. Seiring semakin ketatnya target lingkungan dan terbatasnya ruang kota, kereta gantung bisa menjadi tulang punggung transportasi hijau masa depan. Para perencana kota kini merancang sistem multi-moda di mana jalur kereta gantung terhubung langsung ke stasiun kereta, pusat sepeda sewa, dan koridor pejalan kaki.


Proyek percontohan di Mumbai, Lagos, dan Mexico City membuktikan bahwa kereta gantung bukan sekadar hiburan, tetapi infrastruktur masa depan yang nyata. Kereta gantung tidak hanya menyuguhkan pemandangan indah dari ketinggian, tetapi juga membawa solusi efisien dan ramah lingkungan untuk dunia yang terus berubah.