Dalam beberapa tahun terakhir, miopi atau rabun jauh telah berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang serius. Berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2023, diperkirakan hampir separuh populasi dunia akan mengalami miopi pada tahun 2050.
Yang lebih mengkhawatirkan, kondisi ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak yang semakin muda. Bahkan anak-anak berusia enam tahun sudah menunjukkan tanda-tanda miopi dini, yang seringkali disebabkan oleh terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dan kurangnya paparan sinar matahari alami.
Prof. Dr. Dr. H. J. S. Abdurrahman, Sp.M (K) pakar oftamologi indonesia menjelaskan bahwa "Pekerjaan dekat yang berlebihan dan kurangnya waktu di luar ruangan memiliki hubungan langsung dengan pemanjangan aksial bola mata, yang merupakan penyebab utama perkembangan miopi." Dulu, kondisi ini dianggap sebagai masalah refraksi yang ringan, namun kini telah diakui sebagai faktor yang memicu penyakit mata yang lebih serius, seperti perpisahan retina, glaukoma, dan makulopati miopik.
Peran Paparan Cahaya dalam Melindungi dari Miopi
Penemuan penting dalam literatur medis terbaru menunjukkan bahwa paparan sinar matahari dapat berperan sebagai agen perlindung terhadap miopi. Paparan sinar matahari selama minimal dua jam setiap hari secara signifikan mengurangi risiko miopi pada anak-anak. Lalu, bagaimana mekanismenya? Sinar matahari merangsang pelepasan dopamin di retina, yang pada gilirannya menghambat pemanjangan bola mata yang merupakan penyebab utama miopi.
Digital Eye Strain: Penyebab Terselubung yang Memperburuk Miopi
Selain paparan sinar matahari, digital eye strain atau kelelahan mata digital, yang juga dikenal dengan nama computer vision syndrome, semakin terkait dengan perkembangan miopi dan penyakit mata kering. Gejalanya meliputi penglihatan kabur, sakit kepala, dan kelelahan mata akibat terlalu lama berada di depan layar tanpa istirahat yang cukup atau kurangnya kedipan.
Aturan 20-20-20 yang menyarankan setiap 20 menit sekali untuk melihat objek yang berada sekitar 6 meter selama 20 detik, tetap menjadi rekomendasi utama. Namun, penelitian terbaru juga menekankan pentingnya pengaturan kontras layar, penggunaan filter cahaya biru, dan kalibrasi pencahayaan sekitar untuk mengurangi stres pada retina.
Prof. Dr. Azra Rasyad, Sp.M, profesor oftamologi, memperingatkan bahwa "Kelelahan digital tidak hanya berkontribusi pada kelelahan visual, tetapi pada anak-anak, hal ini berpotensi mempercepat perkembangan miopi karena usaha akomodasi yang berkelanjutan."
Dukungan Nutrisi untuk Kesehatan Mata
Selain faktor lingkungan, nutrisi juga memainkan peran penting dalam mencegah degenerasi makula terkait usia (AMD) dan mendukung integritas retina. Beberapa nutrisi yang telah terbukti memiliki fungsi pelindung antara lain:
- Lutein dan Zeaxanthin: Karotenoid yang ditemukan pada sayuran berdaun hijau, kedua zat ini terkonsentrasi di makula dan bertindak sebagai antioksidan alami.
- Asam Lemak Omega-3: Terutama DHA yang ditemukan pada ikan berlemak, mendukung fungsi fotoreseptor dan produksi air mata.
- Vitamin A: Penting untuk pembentukan rhodopsin dan penglihatan di malam hari.
Perawatan dan Teknologi Medis yang Muncul
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia medis semakin memfokuskan perhatian pada pencegahan miopi. Tetes mata atropin dosis rendah (0,01%), yang awalnya digunakan di Tiongkok, kini semakin populer di berbagai negara sebagai cara untuk mengontrol perkembangan miopi pada anak-anak. Tetes mata ini bekerja dengan mengubah reseptor muskarinik di retina dan sklera, yang memperlambat pemanjangan bola mata.
Selain itu, lensa ortokeratologi (Ortho-K) lensa kaku permeabel gas yang dipakai semalaman, terbukti dapat mengubah bentuk kornea secara sementara dan secara signifikan mengurangi perkembangan miopi pada anak-anak. Di sisi lain, teknologi pencitraan retina berbantuan kecerdasan buatan (AI) kini juga semakin digunakan untuk mendeteksi kondisi mata lebih dini, seperti retinopati diabetik dan glaukoma, sehingga memungkinkan penanganan yang lebih cepat sebelum terjadi kerusakan permanen.
Pedoman Klinis: Strategi Pencegahan yang Diperkuat dengan Bukti
Untuk menjaga kesehatan mata jangka panjang dan mencegah penyakit mata yang serius, para ahli medis merekomendasikan beberapa langkah penting yang dapat Anda terapkan:
- Pemeriksaan Mata Tahunan: Terutama bagi pasien dengan riwayat keluarga glaukoma, AMD, atau miopi.
- Pemantauan Paparan Sinar Matahari: Khususnya pada anak-anak; pastikan mereka mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup dengan perlindungan UV.
- Penggunaan Layar yang Terkontrol: Terapkan praktik kebersihan digital seperti istirahat dari layar, pencahayaan yang baik, dan koreksi postur.
- Intervensi Farmakologis: Pertimbangkan terapi atropin pada anak-anak dengan miopi progresif, di bawah pengawasan dokter mata.
- Optimasikan Lensa Korektif: Gunakan pilihan berbasis bukti seperti Ortho-K atau lensa multifokal bila diperlukan.
Seiring berkembangnya bidang oftalmologi, pendekatan terhadap perawatan mata juga harus ikut berkembang. Dengan miopi dan penyakit mata terkait yang kini tidak hanya terbatas pada faktor genetik atau usia, para praktisi medis mulai fokus pada intervensi dini dan modifikasi risiko lingkungan. Integrasi pedoman klinis, edukasi pasien, dan alat diagnostik canggih menjanjikan masa depan di mana pengobatan mata preventif menjadi standar perawatan.